BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
belakang
Manusia
sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani. Unsur fisik yaitu
berupa jasmani (raga) dan unsur psikis berupa rohaninya (jiwa). Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak dapat disebut sebagai
individu lagi. Kedua unsur tersebut harus berjalan dengan seimbang dan harus
tercukupi pemenuhannya. Kedua unsur tersebut dapat terganggu dengan adanya
penyakit, khususnya penyakit rohani.
Penyakit
rohani tersebut tentunya akan sangat berpengaruh kepada kesehatan jasmani seseorang,
serta akan berpengaruh pula pada keadaan sosialnya.
1.2
Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan
maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Pengertian sehat
2. Pengertian kesehatan jasmani dan
kesehatan rohani
3. Sebab, macam-macam, gejala-gejala,
dan metode pengobatan penyakit rohani.
1.3
Tujuan
1.
Memahami pengertian sehat
2.
Memahami penegertian kesehatan jasmani dan kesehatan rohani
3.
Mengetahui sebab, macam-macam, gejala-gejala, dan metode
pengobatan penyakit rohani.
BAB
II
Pembahasan
1.
Pengertian
Sehat
Istilah
sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu
dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor
atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya
dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan
sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan
menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya
mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian,
pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian.
Berikut
beberapa pengertian sehat menurut para ahli :
1. Sehat
adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh
dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin 1938).
2. Sehat
adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan
(White 1977).
3. Sehat
adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU Kesehatan No. 23
tahun 1992).
Istilah
sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu
dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor
atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya
dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan
sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan
menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya
mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian,
pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian.
Pengertian
sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan
yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan
hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat
tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari
segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan
kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui, bila batasan kesehatan
yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik,
mental, dan sosial, maka dalam Undang-Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan
mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi.
Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang
paling baru.
Pengertian
kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan
sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari
aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi
yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak
bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial.
Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa
adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi
usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan
yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau
masyarakat.
Keempat
dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat
kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan
bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing
aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan
Fisik
Kesehatan fisik terwujud apabila
sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang
secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau
tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan
Mental
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa
mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran sehat
tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran. Emosional sehat tercermin dari
kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira,
kuatir, sedih dan sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang
dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap
sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam
agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan
seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana
seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan
Sosial
Kesehatan sosial terwujud apabila
seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,
tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi,
politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan
Ekonomi
Sehat jika ditinjau dari aspek
ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai
kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya
sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa
atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini
tidak berlaku.
2.
Paradigma Sehat Menurut Islam
Kitab suci
Al-Qur’an merupakan sumber pedoman, bimbingan, dan kekuatan bagi kaum muslim di
seluruh penjuru di dunia. Melalui Al-Qur’an, islam membimbing manusia menuju
hidup sehat baik lahir maupun batin. Tidak sedikit hadis-hadis Nabi
Muhamad yang mengandung nilai-nilai medis. Yang selanjutnya mempengaruhi perkembangan
ilmu kedokteran Islam.
Berpedoman
kepada Al-Qur’an dan al-sunah, Islam membimbing manusia menuju hidup sehat,
yaitu prilaku takwa berupa prilaku yang ditandai ketaatan kepada sang Pencipta
sebagai konsep kesehatan Islami. Islam menolak praktek kesehatan apapun yang
bertentangan dengan ajaran islam. Misalnya memohon bantuan dengan benda yang
dianggap keramat atau oarng ang memiliki kekuatan sedangkan amalan-amalannya
bertentangan dengan ajaran Islam.
Pengertian
kesehatan tidak dijumpai dalam al-Qur’an, walaupun hal ini tidak berarti bahwa
al-Quran tidak mementingkan masalah kesehatan. Al-quran kelihatanya tidak ingin
terlibat dalam perdebatan dalam pengertian kata-kata, melainkan lebih menukik
kepada sebab-sebab yang dapat menimbulkan kesehatan, seperti perintah makan dan
minum yang halal dan baik, tidak berlebihan, tidak memabukkan, dll.
Demikian
pula kata ‘afiyah tidak dijumpai dalam al-qur’an. Melainkan terdapat
dalam hadis Nabi yang artinya: “ Ya Alloh perkayalah diriku dengan ilmu,
hiasilah diriku dengan ketakwaan dan percantiklah diriku dengan kesehatan yang sempurna”.
Menurut Majelis Ulama Indonesia
(MUI), merumuskan kesehatan sebagai “Kesehatan jasmani, ruhaniah, dan social
yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan
mengamalkan tuntunan-Nya, memelihara, serta mengembangkannya.
Kata-kata sehat selanjutnya menjadi
sifat atau keadaan yang menyangkut kesehatan secara universal. Yaitu bukan
hanya kesehatan jasmani dan rohani saja, melainkan juga kesehatan social
(masyarakat). Penjelasan secara rinci dapat diuaraikan sbb:
1. Kesehatan
Jasmani
Kesehatan jasmani dan fisik
merupakan keadaan yang sangat penting dalam mendukung seluruh kegiatan.
Pelaksanaan ibadah dalam Islam seperti shalat, puasa, dan ibadah haji hanya
dapat dikerjakan dengan sempurna apabila keadaan jasmani dalam keadaan sehat.
Kesehatan jasmani erat kaitannya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang
halal dan baik, yaitu makanan dan minuman yang selain secara hukum dinyatakan
boleh dimakan dan diminum, juga harus dalam keadaan baik (thayib), yang
dalam penilitian ahli kesehatan terkait dengan makanan yang mengandung gizi dan
kalori menurut penilian ahli kesehatan.
Dalam ajaran islam upaya memelihara kesehatan jasmani dan
fisik ini terkait dengan ajaran tentang bersuci (thaharah) seperti
penggunaan air yang bersih dan mensucikan untuk keperluan memasak, minum,
mandi, berwudhu,dan sebagainya, ketentuan barang-barang yang dinilai sebagai
najis, kotor, dan menjijikkan, mandi, berwudhu, istinja’, buang air, tayamum,
mencuci pakaian, tempat dan lingkungan.
Ajaran tentang thaharah yang terkait dengan
pelaksanaan berbagai ibadah dalam islam yang demikian detail dan mendalam itu,
selain ditujukan untuk persyaratan ibadah agar dianggap sah secara hukum,
tetapi juga agar timbul budaya, sikap hidup dan kepribadian yang mencintai dan
peduli terhadap kebersihan dalam arti seluas-luasnya. Upaya memelihara
kesehatan jasmani dan fisik ini diikuti pula dengan ketentuan adanya sejumlah
barang-barang yang dilarang untuk dikonsumsi. Seperti, bangkai, anjing, babi,
air seni (urine), dll. Dengan demikian, tampak bahwa ajaran islam sangat
mementingkan kesehatan jasmani dan fisik yang dilakukan dengan cara memelihara
kebersihan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan seterusnya yang secara
keseluruhan terintegrasi dalam pelaksaan ibadah.
1. Kesehatan
Rohani
Kesehatan jasmani dan fisik dalam
ajaran islam memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan yang bersifat
rohaniah. Orang yang sedang sakit gigi misalnya, menyebabkan pikiran dan
perasaannya terganggu, takut jika penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Demikian
pula orang yang terganggu kesehatan rohaninya seperti tergoncang jiwanya akibat
mendapatkan musibah atau dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menyebabkan
tidak nafsu makan, badan lemas, dan pada akhirnya sakit.
Al-Qur’an banyak berbicara tentang penyakit jiwa. Mereka
yang lemah iman dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalamnya
dadanya. Penyakit- penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat.
Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, antaralain disebabkan karena bentuk keberlebihan
seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesisme, rendah diri, dll adalah karena
kekurangannya.
2. Kesehatan
Sosial
Hidup bermasyarakat dalam arti
seluas-luasnya adalah merupakan salah satu naluri manusia. Ia tidak bisa dan
tidak mungkin mampu hidup sendirian. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan hadis,
kita menjumpai ajaran etika bermasyarakat tersebut antara lain ajaran
tolong-menolong, saling menasehati, menghormati, saling asah, asuh, dan asih.
Ajaran islam tentang perlunya membangun masyarakat yang sehat dapat pula dari
hampir seluruh misi, hikmah, dan pesan ang terdapat dalam ajaran ibadah dalam
islam. Salat misalnya, dapat ditujukan agar mampu mencegah dari perbuatan keji
dan munkar. Zakat ditujukan untuk menunjukkan kepedulian social, dll.
Dalam tinjauan ilmu fiqh, kesehatan sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai kebersiahan dan kemaslahatan yang diperoleh ole kita. Beberapa
ajaran dan tuntunanan tersebut mengandung kajian dan nilai-nilai kedokteran,
antara lain:
Cara
bersuci yang diajarkan Nabi
Larangan kencing di air tergenang
Sunah
untuk berkhitan
Perintah
memotong kuku, membersihkan bulu ketiak, dan kemaluan
Kewajiban
mandi selepas bersetubuh
Keharusan
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Sedangkan dalam tinjauan tasawuf,
dengan adanya kesehatan pada jasmani, maka kita akan dapat laksanakan ibadah
dengan khusyu’ tanpa adanya keluhan rasa sakit. Serta juga tidak menghalangi
aktifitas ibadah yang akan kita laksanakan.
Dalam tinjauan akhlaq, rohani dan
jiwa yang sehat akan membebaskan diri kita dari segala penyakit hati, seperti
dengki, iri hati, dll. Kesehatatan rohani dapat kita latih dengan
menerapkan sifat-sifat terpuji yang telah diajarkan oleh nabi kepada kita.
3. Penyakit
Jasmani dan Rohani
Kita sudah tahu dan yakin bahwa
manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani adalah bagian yang kasar,
yang menurut Tuhan penciptanya, diciptakan dari tanah, seperti firmankan Allah
dalam S. Sajdah ayat 7 :
Artinya : “Dan Ia (Allah) memulai penciptaan manusia itu dari pada tanah”.
Artinya : “Dan Ia (Allah) memulai penciptaan manusia itu dari pada tanah”.
Adapun rohani adalah bagian yang
halus, yang dirahasiakan Tuhan tentang hakekatnya. Dalam S. Al Isra’ ayat 85
Allah berfirman
Artinya : “Mereka akan bertanya kepada Engkau (Muhammad) dari hal Roh Katakanlah, soal roh itu adalah urusan Tuhanku”
Artinya : “Mereka akan bertanya kepada Engkau (Muhammad) dari hal Roh Katakanlah, soal roh itu adalah urusan Tuhanku”
Karena itu manusia tidak akan
mengetahui hakekatnya untuk selama-lamanya. Yang dapat diketahui manusia rohani
ini, hanyalah gejala-gejala saja. Gejala-gejala itu antara lain menangkap dan
menyimpan pengertian, mengingat, berfikir, berkemauan, gembira, sedih, susah
dan sebagainya.
Jasmani dan rohani itu bisa sehat
dan bisa pula sakit. Sehat dan sakitnya jasmani sudah cukup jelas bagi kita.
Untuk perawatan sakit jasmani, sudah tersedia dokter, obat dan rumah sakit yang
amat banyak. Tetapi sehat dan sakitnya rohani, belum begitu kita ketahui,
bahkan sering tidak kita hiraukan. Karena rohani ini urusan Tuhan, maka yang
tahu sehat dan sakitnya itu hanyalah Dia saja. Tuhan telah memberi tahukan,
bahwa rohani pada asalnya adalah sehat :
“ Dan apa-apa yang disisi Allah itu
adalah baik”
Yang baik itu antara lain ialah yang
sehat. Kemudian rohani itu bisa jadi sakit. Allah telah memberi tahukannya
antara lain dalam S. Al baqarah ayat 10.
Artinya : “ Dalam hati (rohani) mereka ada penyakit, kemudian menambah Allah akan penyakit itu.”
Artinya : “ Dalam hati (rohani) mereka ada penyakit, kemudian menambah Allah akan penyakit itu.”
Kemudian pada Surah yang lain, yaitu
Surah Al-Isra ayat 93 Allah SWT Berfirman yang artinya : “Dan kami turunkan
Al-Qur’an adalah menjadi obat penawar dan merupakan rahmat bagi orang-orang
yang beriman”.
Rasulullah SAW mengajarkan kepada
kita untuk selalu berdo’a : Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada Engkau,
sehat wal afiat didunia dan diakhirat (H.R. Hakim).
Sehat walafiat selalu kita memohon
kepada Allah SWT, agar kita terhindar dari segala macam penyakit. Penyakit
manusia ada 2 macam yaitu yang pertama penyakit jasmani dan yang kedua penyakit
rohani.
1.
Penyakit Jasmani
Penyakit
jasmani ialah penyakit badan, penyakit yang tampak dan dapat kita rasakan,
penyakit jasmani hanya kita saja yang dapat merasakan sedangkan orang lain
tidak mampu merasakan. Penyakit jasmani dapat disembuhkan oleh dokter dan dapat
mudah dideteksi dengan bantuan medis.
2.
Penyakit Rohani
Pengertian
Penyakit Rohani
1. Penyakit rohani ialah sifat buruk
dan merusak dalam batin manusia yang mengganggu kebagiaan.
2. Penyakit rohani ialah sikap mental
yang buruk, merusak dan merintangi pribadi memperoleh keridhaan Allah.
3. Penyakit rohani ialah sifat dan
sikap dalam hati yang tidak diridhai Allah, sifat dan sikap mental yang
cenderung mendorong pribadi melakukan perbuatan buruk dan merusak.
Singkatnya dapat kita katakan bahwa
penyakit rohani ialah sifat dan sikap yang buruk dan merusak rohani, yang akan
mengganggu kebahagiaan manusia, merintanginya untuk memperoleh keridhaan Allah
dan mendorongnya untuk berbuat buruk dan merusak. Karena itulah penyakit ini
sangat berbahaya bagi manusia.
Dalam kenyataan kehidupan manusia, soal sakit jasmani,
dijadikan persoalan yang amat besar. Karena itu diadakan Fakultas Kedokteran,
sekolah apoteker, sekolah farmasi, dan sekolah-sekolah lain diadakan kursus-kursus
kesehatan, diciptakannya bermacam-macam alat dan obat untuk pengobatan, dan
didirikan rumah sakit-rumah sakit yang besar dan kecil untuk tempat perawatan.
Semua itu dengan pengerahan tenaga, biaya dan fikiran yang hebat sekali. Tetapi
untuk penyakit rohani, boleh dikata belum ada usaha yang nyata, bahkan seperti
telah kita katakan diatas sering tidak dihiraukan, malah ada yang berusaha
dengan sekuat biaya, tenaga dan fikiran untuk menyebarkan bibit penyebabnya
kesegenap lapisan masyarakat dengan rasa bangga dan mengeruk keuntungan yang
lumayan untuk kepentingan pribadi-pribadi penyebar itu. Susahnya lagi yang
disebari bibit penyakit itu juga merasa senang dan bangga sehingga tersebarlah
penyakit rohani yang maha hebat ditengah-tengah masyarakat manusia. Pada hal
akibat penyakit jasmani hanyalah bagi yang bersangkutan saja, sedangkan akibat
bagi penyakit rohani sangat hebat, yaitu mengganggu kebahagiaan pribadi dan
masyarakat manusia serta dunia dan akhirat. Untuk didunia Allah memfirmankan :
“Nyatalah bahwa kerusakan di darat dan di laut karena
perbuatan tangan manusia sendiri.”
4. Penyebab
Penyakit Rohani
Tiap sesuatu baru akan terjadi kalau
ada penyebabnya, tanpa sebab tidak mungkin sesuatu akan terjadi. Hal ini sudah
merupakan hukum alam (sunnatullah) yang tetap. Maka begitu pulalah halnya dalam
penyakit. Sesuatu penyakit tidak akan timbul (berjangkit) tanpa sebab. Penyebab
dari penyakit jasmani ialah kuman-kuman (bakteri). Sedang penyebab dari
penyakit rohani ialah :
1. Nafsu
Sebab nafsu ini menimbulkan sifat
dan sikap yang buruk dalam batin manusia serta mendorongnya untuk berbuat
jahat.
Allah berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya nafsu itu
hendak mendorong (manusia) kepada kejahatan (QS. Yusuf: 53).
Bahkan Allah memperingatkan, bahwa
apabila nafsu itu dituruti akan membawa rusak segala-galanya, yang ada di
langit, dibumi dan yang ada pada langit dan bumi itu.
Artinya : “ Dan jikalau kebenaran
itu tunduk kepada hawa nafsu mereka, sungguh akan rusaklah langit, bumi dan apa
yang ada pada keduanya.” (QS. Al Mu’minun 71).
2. Syetan
Sebab
syetan itu berkeinginan agar manusia mengerjakan yang keji dan yang mungkar,
serta berkecamuknya di kalangan umat manusia itu permusuhan dan kemarahan.
Kalau ini sampai terjadi akan hilanglah kebahagiaan manusia dan Allah akan menjadi
marah. Allah memfirmankan:
Artinya :
“Karena sesungguhnya syetan itu mendorong manusia untuk berbuat keji dan
mungkar.” (QS. An Nur 21).
“Keinginan
syetan itu hanyalah hendak membuat bersimaha rajalelanya diantara manusia
permusuhan dan kemarahan.” (QS. Al Maidah 91).
3. Orang kafir
Sebab orang kafir ini tidak senang
kalau umat Islam memperoleh rahmat dari tuhan. Allah memberitahukan :
Artinya : “Orang-orang kafir dari
ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak suka, jika Allah menurunkan atas kamu
kebaikan” (QS. Al baqarah 105).
Untuk menghalangi turunnya kebaikan Allah kepada umat Islam itu mereka akan selalu memerangi umat Islam, Allah berfirman:
Untuk menghalangi turunnya kebaikan Allah kepada umat Islam itu mereka akan selalu memerangi umat Islam, Allah berfirman:
Artinya : “Dan mereka akan tetap
memerangai kamu, sehingga mereka memalingkan kamu dari agamamu.” (QS. Al-Baqarah:217).
Perang ini mereka lakukan dengan dua cara yaitu:
Perang ini mereka lakukan dengan dua cara yaitu:
·
Perang
panas, yaitu dengan senjata api (bedil).
·
Perang
dingin, yaitu dengan senjata kebudayaan, dengan membuat sarana-sarana yang
mengobarkan nafsu dan menyenangkan syetan, sehingga umat Islam menjadi umat
yang bergelimang didalam kemaksiatan
Untuk tujuan itu mereka keluarkan biaya yang tidak sedikit, seperti telah dikatakan Allah dalam firmanNya yang artinya:
Untuk tujuan itu mereka keluarkan biaya yang tidak sedikit, seperti telah dikatakan Allah dalam firmanNya yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan hartanya
untuk menghalangi kamu dari jalan Allah.” (QS. AL Anfal 36).
Mengikuti jalan Allah itu adalah keridhaan Allah. Jadi orang kafir merintangi umat Islam dari keridhaan Allah. Karena itu mereka (orang kafir) menyebabkan penyakit rohani pada umat Islam.
Mengikuti jalan Allah itu adalah keridhaan Allah. Jadi orang kafir merintangi umat Islam dari keridhaan Allah. Karena itu mereka (orang kafir) menyebabkan penyakit rohani pada umat Islam.
5. Gejala
Penyakit Rohani
Setiap penyakit mempunyai gejala,
yaitu tanda-tanda yang menyatakan bahwa seseorang terserang oleh sesuatu
penyakit. Misalnya: pegal linu, kepala pusing dan salesma mengalir adalah
tanda-tanda dari penyakit influenza.
Penyakit rohani ini mempunyai
gejala-gejala tertentu, gejala-gejalanya antara lain ialah :
1. Gelisah dan keluh kesah
Allah berfirman:
“Dan barang siapa yang berpaling
dari mengingat Allah, maka sesungguhnya baginya adalah kehidupan yang sempit.”
(QS. Thoha 124).
Menurut A. Hasan yaitu kehidupan yang sempit dalam lapangan rohani. Menurut Dr. Zakian Derajat manifestasi kesempitan rohani itu ialah rasa gelisah, keluh kesah, takut, putus asa dan sebagainya. Menurut Dr. Abu Hanifah inilah sumber dari segala macam krisis yang timbul di dalam kehidupan manusia.
Memanglah orang yang dalam keadaan gelisah dan takut perbuatannya sering tidak menentu (ngawur). Tetapi orang sehat rohaninya tidak akan merasa gelisah dan takut apabila putus asa.
Menurut A. Hasan yaitu kehidupan yang sempit dalam lapangan rohani. Menurut Dr. Zakian Derajat manifestasi kesempitan rohani itu ialah rasa gelisah, keluh kesah, takut, putus asa dan sebagainya. Menurut Dr. Abu Hanifah inilah sumber dari segala macam krisis yang timbul di dalam kehidupan manusia.
Memanglah orang yang dalam keadaan gelisah dan takut perbuatannya sering tidak menentu (ngawur). Tetapi orang sehat rohaninya tidak akan merasa gelisah dan takut apabila putus asa.
Allah berfirman :
Artinya : “ Sesungguhnya wali-wali
Allah itu tidak pernah merasa takut dan tidak pula pernah bersedih.” (QS. Yunus
62).
2. Pendangkalan rasa, yaitu tidak cepat
terkesan dengan rahmat Allah. Sesungguhnya dia telah banyak menerima rahmat
Allah, tetapi ia belum juga merasakan dan belum juga mau berterima kasih. Bahkan
dia menerima rahmat Allah itu dengan sikap dan perbuatan durhaka. Apabila ia
mengalami malapetaka baru ia sadar.
Allah berfirman :
Artinya : “ Maka apabila manusia itu
ditimpa malapetaka, ia menyeru Tuhannya dan kembali kepadaNya, tetapi kemudian
apabila ia memperoleh rahmat dari Allah sebahagian dari mereka
mempersekutukanNya.”
3. Liar terhadap kebenaran
Kebenaran itu dari Allah :
“Kebenaran itu dari Tuhanmu.” (QS.
Ali Imran 60).
Orang-orang yang sakit rohaninya tidak senang kepada kebenaran itu.
Allah berfirman :
Orang-orang yang sakit rohaninya tidak senang kepada kebenaran itu.
Allah berfirman :
Artinya : “Dan apabila disebut nama
Allah semata, tidaklah senang hati orang-orang yang tidak beriman dengan hari
akhir itu, tetapi apabila disebut orang-orang selain Allah, ketika itu mereka
menjadi gembira.” (QS. Az zumar 45).
Umpama dalam ceramah, khutbah dan kuliah, apabila yang dikemukakan sebagai alasan atau dalil adalah ayat-ayat Qur’an atau Sunnah, ia kurang senang atau belum puas, malah kadang-kadang mengejek, tetapi apabila yang dikemukakan sebagai dalil dan alasan itu kata Profesor Insinyur, Drs.. dan SH. Ia akan menjadi senang, puas dan dinyatakan sebagai ilmiah.
Umpama dalam ceramah, khutbah dan kuliah, apabila yang dikemukakan sebagai alasan atau dalil adalah ayat-ayat Qur’an atau Sunnah, ia kurang senang atau belum puas, malah kadang-kadang mengejek, tetapi apabila yang dikemukakan sebagai dalil dan alasan itu kata Profesor Insinyur, Drs.. dan SH. Ia akan menjadi senang, puas dan dinyatakan sebagai ilmiah.
4. Berprasangka buruk
Allah berfirman :
Artinya : “Dan apabila orang-orang
munafik dan orang-orang yang pada hatinya ada penyakit mengatakan, tidak adalah
yang dijanjikan oleh Allah dan rasulNya, melainkan tipuan semata” (QS. Al Ahzab
12).
Mereka mengatakan ini sebelum mengadakan penyelidikan dan mengadakan experimen. Jadi sebelum dibuktikan kebenarannya. Jadi dengan purbasangka buruk saja.
Mereka mengatakan ini sebelum mengadakan penyelidikan dan mengadakan experimen. Jadi sebelum dibuktikan kebenarannya. Jadi dengan purbasangka buruk saja.
5. Suka menghasut (memfitnah)
Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya jika tidak
berhenti orang munafik dan mereka yang dihati-hatinya ada penyakit dan
penghasut-penghasut di Madinah, niscaya Kami izinkan kamu memerangi mereka
kemudian mereka tidak akan bertetangga denganmu melainkan sedikit saja.” (QS.
Al Ahzab 60 ).
Ayat ini :
·
Menyejajarkan
orang munafik dan orang yang berpenyakit rohani dengan penghasut.
·
Jadi
golongan itu tidak disenangi (diridhai) Allah.
·
Jadi
penghasut adalah menghalangi keridhaan Allah. Dengan demikian merupakan gejala
penyakit rohani (penyakitnya sendiri).
6. Lemah dan daya amal
Orang yang sehat rohaninya pasti
akan kuat/giat beramal. Karena pada dasarnya manusia dikirim Allah kebumi ini
adalah untuk beramal, agar tugas yang dipikulkan Allah kepadanya terlaksana
sesuai dengan rencana dengan daya amal yang lemah. Kalau ada tanda-tanda
kelemahan amal, tentu ada sesuatu yang tidak beres disana. Itulah beberapa
gejala penyakit rohani itu.
6. Macam-macam
Penyakit Rohani
Penyakit rohani ini amat banyak,
yaitu segala macam sifat dan sikap mental yang mengganggu kebahagiaan,
merintangi untuk memperoleh ridha Allah dan yang mendorong untuk berbuat buruk.
Tetapi disini akan kita bicarakan beberapa saja diantaranya.
1. Nifak
Orang yang punya penyakit ini
disebut munafiq mereka mengatakan apa-apa yang tidak ada di dalam hati mereka.
Allah memfirmankan :
Artinya : “Dan sebahagian dari pada
manusia berkata : kami telah beriman kepada Allah dan hari akhir, pada hal
mereka buka orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang
beriman pada hal mereka tidak lain, melainkan menipu diri mereka sendiri,
tetapi mereka tidak menyadarinya. Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah
menambah penyakit mereka, dan bagi mereka azab yang pedih, tersebab mereka
telah berdusta.” (QS. Al Baqarah 8,9,10).
Azab bagi orang yang berpenyakit ini amat hebat yaitu dikerak neraka.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada keraknya dari neraka” (S. An Nisa’:145).
Azab bagi orang yang berpenyakit ini amat hebat yaitu dikerak neraka.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada keraknya dari neraka” (S. An Nisa’:145).
2. Hasad (iri hati)
Yaitu orang yang benci kepada orang
yang diberi nikamt oleh Allah dan ingin agar nikmat itu terlepas dari padanya.
Penyakit ini menghabiskan semua pahala amal yang telah dikerjakan, Nabi
menyabdakan :
“Jauhilah iri hati, karena ia akan
memakan semua kebaikan (pahala) sebagaiaman api memakan kayu bakar yang
kering.” (HR. Abu Daud).
3. Sedih, duka cita, lemah kemauan,
malas, pengecut, senang berhutang, dan senang menganiaya, sebab itu Nabi
Muhammad menganjurkan agar selalu membaca do’a untuk berlindung kepada Allah,
agar ia jangan terkena penyakit tersebut. Kalau bisa pada setiap sesudah sholat
atau sebelum membaca salam.
“Ya Allah, aku berlindung kepada
Engkau dari pada kesedihan, kedukaan, kelemahan, malas, pengecut, kikir, banyak
hutang dan kezaliman manusia.”
4. Tabzir (mubazir) yaitu
menyia-nyiakan harta
Allah memfirmankan :
“ Sesungguhnya orang-orang yang
mubazir itu adalah kawan-kawannya syetan.” (QS. Al Isra’ 27).
Syetan adalah penyebab penyakit
rohani, maka orang yang menjadi kawannya, tentu telah dihinggapi penyakit
rohani itu.
5. Ananiyah atau egoistis atau mementingkan
diri sendiri
Allah memfirmanakan :
“Sesungguhnya orang-orang beriman
itu adalah bersaudara” (QS. Al Hujurat 14).
“Sesungguhnya umatmu ini, umat yang satu” (QS. Al Anbiya 92).
“Sesungguhnya umatmu ini, umat yang satu” (QS. Al Anbiya 92).
Maka kalau umat Islam mementingkan
diri sendiri saja, berarti dia durhaka kepada Allah. Orang durhaka dimarahi
Allah. Jika orang yang mementingkan diri sendiri, merintangi keridhaan Allah,
jadi ia berpenyakit rohani.
6. Al Bukhtan atau berdusta atau
mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada
Berdusta ini salah satu tanda
munafiq. Munafik adalah orang yang berpenyakit rohani. Berdusta tidak diridhai
oleh Allah dan juga oleh manusia.
7. Takabbur atau membesarkan diri atau
merasa diri lebih dari orang lain
Rasulullah berfirman :
“Takabbur itu adalah selendangKu”
(Hadits Qutsi).
Maka kalau manusia memakainya sangat
dimarahi oleh Tuhan.
Itulah beberapara diantara sekian banyak penyakit rohani, kalau mau memperdalamnya silahkan membaca buku-buku akhlaq.
Itulah beberapara diantara sekian banyak penyakit rohani, kalau mau memperdalamnya silahkan membaca buku-buku akhlaq.
8. Riya
Riya adalah penyakit yang diderita
seseorang yang selalu ingin dipuji, ingin dilihat orang dalam beramal. Tidak
ada keikhlasan dalam beribadah dan beramal. Apa yang telah disedekahkan harus
diumumkan dan harus diketahui masyarakat.
9. Sombong
Orang yang dihinggapi penyakit ini
selalu memandang rendah orang lain, dia merasa dirinya saja hebat. Timbulnya
penyakit disebabkan beberapa penyebab, antara lain karena kedudukan atau
pangkatnya. Sebelum menduduki kedudukan dia sangat ramah terhadap orang, tapi
dalam perjalanan waktu setelah menduduki suatu kedudukan, bersamaan dengan itu
terjadi perubahan sikap. Senyum dan keramahan yang dulu menghilang. Sahabat
yang dulunya akrab karena sama-sama menderita, sekarang diacuhkan, malahan
pura-pura tak dikenal.
10. Kikir
Seseorang yang dihinggapi penyakit
ini sangat susah mengeluarkan hartanya untuk tujuan amal. Dia selalu berpikir
bahwa dengan membelanjakan hartanya untuk tujuan amal akan mengurangi hartanya.
11. Rakus
Rakus yang merupakan penyakit rohani
adalah rakus akan harta. Manusia yang dihinggapi penyakit ini tidak pernah puas
apa yang dimilikinya. Yang merasuk pikirannya adalah bagaimana mendapatkan
harta sebanyak-banyaknya. Hal ini menyeret manusia melakukan tindakan tak
terpuji (tindakan haram) misalnya korupsi, mengeksploitasi sumber daya alam
secara tidak terkendali (over exploitation) tanpa tanggung jawab moral, yang
berujung pada hancurnya sumber daya alam dan lingkungan yang pada akhirnya akan
menyengsarakan masyarakat.
7. Kerusakan
yang Ditimbulkan Penyakit Rohani
Oleh setiap penyakit tentu ada yang
dirusakkannya. Makin berat penyakit itu makin besar/berat kerusakan yang
ditimbulkannya. Begitu juga penyakit rohani menimbulkan bermacam-macam
kerusakan antara lain :
1. Merongrong ketenangan, ini berarti
meruntuhkan kebahagiaan.
2. Menjauhkan diri dari Tuhan.
Sifat-sifat yang ditimbulkannya, dimarahi Tuhan, dan menjadikan manusia jadi
durhaka kepada Tuhan.
3. Melemahkan daya amal. Kalau malas
beramal akan membawa kerugian bagi akhirat kita.
4. Menimbulkan psiko neurosa. Mulanya
terjadi ketidakberesan pada saraf, kemudian merubah sikap terhadap diri sendiri
dan orang lain, dengan sikap buruk.
5. Merusak jasmani. Kini sudah
dibuktikan bahwa banyak penyakit jasmani, yang disebabkan oleh sakitnya rohani.
Kini sudah dikembangkan suatu ilmu yang bernama psychosomatik, yaitu ilmu yang
mempelajari dan mengobati penyakit jasmani yang disebabkan oleh sakit rohani.
Banyak sudah dicobakan orang pengobatan penyakit jasmani yang disebabkan oleh
sakit rohani itu dengan do’a, zikir dan shalat. Hasilnya amat memuaskan. KH, SS
Jami’an telah membukukan kasus-kasus yang dihadapi beliau di RS. Cipto Jakarta
dengan judul “Islam Psychosomatic”.
8. Metode
Pengobatan
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Bagi setiap penyakit itu ada
obatnya” (HR. Muslim).
Dalam mengobati penyakit rohani ini
ada metodenya sendiri , antara lain :
1. Beragama/beriman
Allah berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan
beramal sholeh adalah kebahagiaan bagi mereka dan tempat kembali yang baik”
(QS. Ar Ra’du 29).
Yang berbahagia ialah yang sehat
rohani. Menurut Islam kebahagiaan itu ialah masuk syorga, Allah berfirman :
“Dan Adapun orang-orang yang
berbahagia itu, tempatnya didalam syorga, mereka kekal didalamnya.” (QS. Hud
108).
Yang bisa masuk syorga itu ialah
yang sehat rohaninya. Allah berfirman:
“Pada hari itu tidak ada gunanya harta dan anak. Kecuali yang datang kepada Allah dengan rohani yang sehat” (QS. Asy Syu’ara’ 88-89).
“Pada hari itu tidak ada gunanya harta dan anak. Kecuali yang datang kepada Allah dengan rohani yang sehat” (QS. Asy Syu’ara’ 88-89).
Agama diturunkan Allah untuk obat
rohani.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran (agama) dari Tuhanmu, untuk obat bagi rohani” (QS. Yunus 57).
2. Tobat
Menyesali
atas segala kesalahan meninggalkan kesalahan itu Bertekad tidak akan mengulangi
lagi untuk selama-lamanya. Orang yang telah tobat ini, menjadi bersih/sehat
rohaninya kembali. Nabi Menyabdakan :
“Orang yang tobat dari dosa sama
seperti orang yagn tidak berdosa (HR. Baihaqi).
Bahkan Allah dalam surat Furqan ayat
70 bemfirman :
“Kecuali orang-orang yang tobat, dan
beriman dan mengerjakan amal sholeh, mereka itu diganti Allah kejahatannya
dengan kebaikan, dan Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang”.
Jadi orang-orang yang telah tobat,
akan diganti oleh Allah kejahatannya dengan kebaikan. Dengan demikian,
kejahatan karena sakit, kebaikan karena sehat. Jadi tobat menyembuhkan penyakit
rohani.
3. Mawas diri (waspada)
Nabi menyabdakan :
“Berbahagialah orang yang sibuk
dengan aibnya sendiri, dari pada dengan aib orang lain.” (HR. Al Bazar).
Mawas diri ialah memandang dalam
segala gerak-gerik badan dan batin. Orang yang seperti ini, tidak mungkin akan
melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Karena setiap perbuatan buruk itu
akan jelas nampak olehnya. Jadi dengan kewawspadaan penyakit rohani dapat
disembuhkan.
4. Sadar
Sadar
yaitu mengerti dan menghayati. Maka yang sadar tidak akan mau mengerjakan yang
buruk. Sebab ia mengerti bahwa itu buruk, dan menghayati keburukannya. Dengan
demikian untuk penyembuhan penyakit rohani, pengertian harus
diperhalus/diperdalam, dan penghayatan kepada yang baik diperbanyak. Allah
berfirman :
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa itu, apabila mengenai mereka gangguan syetan, mereka
ingat dan mereka sadar.” (QS. Al A’raf).
Karena itulah mereka tidak bisa
dihinggapi penyakit rohani. Sebab begitu penyebabnya mengenai mereka, mereka
cepat ingat dan sadar.
“Sesungguhnya hamba-hambaKu (taqwa) tidak ada kekuasaan bagimu (syetan) atas mereka” (QS. Al Hijr:42).
“Sesungguhnya hamba-hambaKu (taqwa) tidak ada kekuasaan bagimu (syetan) atas mereka” (QS. Al Hijr:42).
5. Ibadat
Terutama shalat, zikir, dan do’a.
“Yang beriman dan tenteram hati
mereka dengan ingat kepada Allah. Ketahuilah dengan ingat kepada Allah, bisa
tentram hati manusia” (QS. Ar Ra’du 28).
Hati yang tentram adalah tanda
sehat. Untuk mengingat Allah itu yang utama adalah sholat.
“Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (S. Thoha 14).
“Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (S. Thoha 14).
Sedang do’a adalah jantung ibadah.
“Do’a itu adalah jantung ibadah.”
(HR. Turmudzi). Jadi dengan ibadah terutama sholat, zikir dan do’a akan membuat
rohani sehat.
6. Amal-amal sholeh yang lain
“Demikianlah, barang siapa yang
membesarkan syi’ar agama Allah sesungguhnya itu adalah bukti dari pada rohani
yang sehat” (QS. Al Hajj 32).
Itulah diantara lain, metode pengobatan penyakit rohani itu.
Karena itu marilah beragama dengan baik, beribadat, berdo’a, berzikir dan
beramal sholeh yang banyak agar rohani kita selalu sehat.
9. Penyakit
rohani dan hubungannya dengan keadaan sosial
Penyakit rohani adalah penyakit yang
sangat berbahaya, bukan hanya mempengaruhi kesehatan jasmani seseorang akan
tetapi juga mempengaruhi keadaan sosial seseorang. penyakit rohani yang menimpa
seseorang dapat berdampak luas baik terhadap masyarakat luas, maupun lingkungan
alam. Berikut ini dijelaskan penyakit rohani dan dampaknya terhadap kesehatan
jasmani dan sosial :
Yang pertama yaitu rakus, rakus terhadap
kekuasaan, maka seseorang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Niccola Machiavelli dalam
bukunya The Prince, beliau menyatakan
“untuk berkuasa dan mempertahankan kekuasaan haruslah menggunakan tipu
muslihat, licik, dan dusta, digabung dengan penggunaan kekuatan dan penggunaan
kekejaman dan mengabaikan pertimbangan moral”. Pendapat beliau ini banyak
dipraktikkan para penguasa yang rakus kekuasaan, sehingga sering diibaratkan
bahwa nafsu kekuasaan seperti meminum candu, sekali meminum akan minum terus,
sekali berkuasa akan berusaha berkuasa terus dan mempertahankan kekuasaannya
dengan cara apapun. Disamping rakus kekuasaan, rakus yang merupakan penyakit
rohani adalah rakus akan harta. Manusia yang dihinggapi penyakit ini tidak
pernah puas apa yang dimilikinya. Yang merasuk pikirannya adalah bagaimana
mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Hal ini menyeret manusia melakukan
tindakan tak terpuji (tindakan haram) misalnya korupsi, mengeksploitasi sumber
daya alam secara tidak terkendali (over exploitation) tanpa tanggung jawab moral,
yang berujung pada hancurnya sumber daya alam dan lingkungan yang pada akhirnya
akan menyengsarakan masyarakat.
Nabi Muhammad saw bersabda;
“kalau manusia diberikan satu
hamparan emas, maka dia mau lagi yang kedua, ketiga dan seterusnya. Nafsu memburu
harta ini akan berhenti setelah perutnya dimasuki tanah (mati)”.
Manusia jenis ini mencari harta
bukan karena didorong kebutuhan (need) tapi didorong oleh kerakusan (greedy).
Misalnya para koruptor sesungguhnya apa yang dimilkinya sudah melimpah, sudah
jauh melampaui kebutuhannya, tapi didorong oleh sifat kerakusan, maka apa yang
dimilikinya dianggap masih belum cukup.
Penyakit kedua adalah bangga
terhadap kemewahan. Orang yang dihinggapi penyakit ini merasa terangkat status
sosialnya apabila dapat mempertontonkan kemewahan yang dimilkinya. Biasanya
orang macam ini kurang peka terhadap penderitaan masyarakat sekitarnya. Malahan
terkadang mengisolasi diri dari pergaulan orang sekitarnya. Sering rumahnya
yang besar dan mewah dipagari dengan pagar yang mengisolasi diri dengan
masyarakat sekitar.
Penyakit yang ketiga adalah dengki
(hazad). Penyakit ini ditandai dengan merasa tidak senang terhadap kesuksesan
orang lain. Dalam dirinya selalu dirasuki pikiran negatif (negative thinking).
Orang jenis ini dapat diumpamakan seperti kayu yang dimakan bubuk, dari luar
kelihatannya utuh, tapi di dalam keropos. Sering berusaha melakukan cara-cara
yang tak terpuji untuk merusak orang lain, misalnya menciptakan fitnah, menjadi
provokator. Dia sangat senang kalau orang menderita, sebaliknya dia sangat
kurang senang kalau orang yang didengkinya mendapatkan kesenangan atau
kesuksesan. Sering pula terjadi penghianatan terhadap orang yang mengangkat dan
memperbaiki nasibnya. Setelah memiliki kedudukan, maka dalam perjalanan waktu
berbalik berusaha untuk menghancurkan orang yang telah berjasa memperbaiki
nasibnya tersebut.
Penyakit yang keempat adalah riya.
Jenis penyakit ini adalah penyakit yang diderita seseorang yang selalu ingin
dipuji, ingin dilihat orang dalam beramal. Tidak ada keikhlasan dalam beribadah
dan beramal. Apa yang telah disedekahkan harus diumumkan dan harus diketahui
masyarakat. Boleh saja sedekah diumumkan dengan niat agar orang lain
mengikutinya. Jadi sangat tergantung pada niat.
Penyakit kelima adalah kikir.
Seseorang yang dihinggapi penyakit ini sangat susah mengeluarkan hartanya untuk
tujuan amal. Dia selalu berpikir bahwa dengan membelanjakan hartanya untuk
tujuan amal akan mengurangi hartanya. Khusus orang muslim diajarkan bahwa harta
yang kita miliki terdapat hak orang lain, kita menzalimi orang miskin/fakir
ketika kita tidak memberikan haknya. Padahal tidak ada orang jatuh miskin
karena banyak mengeluarkan harta untuk beramal, malahan hartanya akan bertambah
dan berkembang.
Penyakit yang keenam adalah sombong.
Orang yang dihinggapi penyakit ini selalu memandang rendah orang lain, dia
merasa dirinya saja hebat. Timbulnya penyakit disebabkan beberapa penyebab,
antara lain karena kedudukan atau pangkatnya. Sebelum menduduki kedudukan dia
sangat ramah terhadap orang, tapi dalam perjalanan waktu setelah menduduki
suatu kedudukan, bersamaan dengan itu terjadi perubahan sikap. Senyum dan
keramahan yang dulu menghilang. Sahabat yang dulunya akrab karena sama-sama
menderita, sekarang diacuhkan, malahan pura-pura tak dikenal. Penyebab lain
dari timbulnya kesombongan adalah kepintaran. Orang yang pintar kadang-kadang
dihinggapi penyakit sombong, merasa dia saja yang benar, tidak mau menerima
pendapat dan kritikan orang lain. Penyebab lain adalah kekayaan. Kadang-kadang
manusia sebelum menjadi orang kaya dia peramah, tapi setelah menjadi orang kaya
sifat peramahnya menghilang apalagi kepada orang yang tidak berpunya. Penyebab
lain adalah keturunan. Orang yang berdarah biru misalnya sering merasa lebih
mulia dari orang biasa. Hal ini sangat mempengaruhi cara bergaulnya, kurang
berintegrasi dengan masyarakat yang bukan kelasnya. Yang paling parah lagi
adalah orang yang diberi kekuasaan untuk mengurus kepentingan orang banyak,
tapi karena sesuatu hal dia tersinggung secara pribadi menyebabkan dengan
enteng meninggalkan tugasnya tanpa memikirkan kebutuhan orang banyak/bangsa.
Tindakan ini timbul karena rasa sombong yang menggebu.
Yang ketujuh adalah munafik, jenis
manusia yang hidupnya dipenuhi sifat penuh kepura-puraan. Kalau berjanji
mengingkari janji, kalau bersahabat mengkhianati persahabatan, hidupnya penuh
kepalsuan. Orang jenis ini sangat berbahaya karena merupakan musuh dalam
selimut. Tipe manusia ini adalah tipe manusia oppurtunis. Segala macam
pengkhianatan dan dusta dapat ditempuh demi untuk mendapatkan keuntungan buat
dirinya atau kelompoknya.
Penyakit-penyakit tersebut di atas
berpengaruh kurang baik terhadap kehidupan bermasyarakat, malahan kadang-kadang
berdampak sangat merusak baik terhadap manusia maupun terhadap lingkungan. Tapi
sayangnya orang yang dihinggapi penyakit ini tidak merasa sakit, malahan merasa
bangga terhadap penyakit tersebut dan dianggap sebagai motivator dalam
perjuangan hidupnya.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Manusia
itu terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani adalah bagian yang kasar, yang
menurut Tuhan penciptanya, diciptakan dari tanah. Adapun rohani adalah bagian
yang halus, yang dirahasiakan Tuhan tentang hakekatnya. Jasmani dan rohani
manusia rentan terhadap berbagai penyakit baik penyakit yang dapat disembuhkan
dengan bantuan medis sampai penyakit yang dapat menyesatkan manusia didunia dan
diakhirat. Penyakit tersebut adalah penyakit jasmani dan penyakit rohani.
Penyakit jasmani adalah penyakit badan, penyakit yang tampak dan dapat kita
rasakan, penyakit jasmani hanya kita saja yang dapat merasakan sedangkan orang
lain tidak mampu merasakan. Adapun penyakit rohani adalah sifat dan sikap yang
buruk dan merusak rohani, yang akan mengganggu kebahagiaan manusia,
merintanginya untuk memperoleh keridhaan Allah dan mendorongnya untuk berbuat
buruk dan merusak yang disebabkan oleh yang disebabakan oleh nafsu, syetan, dan
orang kafir.
2.
Saran
Sebagai
manusia yang menjalani kehidupan di dunia beserta problematikanya, kita harus pandai-pandai
menjaga diri agar terhindar dari berbagai penyakit yang dapat merusak diri dan
akhlak kita. Kita harus mampu membawa diri untuk senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Kita juga harus dapat menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani
dan rohani agar dapat menjadi manusia yang senantiasa bersyukur atas segala
pemberian Allah SWT.
Daftar Pustaka
3 komentar:
Subhanallah,semoga artkel ini bermanfaat bagi yang mau membacanya.amien.
Assalamualaikum.. Untuk dalil surat al-isra'ayat 93,yang benar adalah surat al-isra ayat 82. Dengan arti "dan kami turunkan dari al-quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman..." syukron
KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM
Assalamualaikum saya atas nama Rany anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih
Posting Komentar