Bab I
Pendahuluan
I.1
Latar Belakang
Ketergantungan terhadap rokok disinyalir disebabkan
oleh zat adiksi (nikotin) yang terkandung pada asap yang keluar saat rokok
dibakar atau dikonsumsi. Menghisap asap tembakau mengantarkan nikotin dalam
jumlah yang besar kedalam otak secara cepat . World Health Organization dalam
buku panduan strategi pengendalian bahaya tembakau (MPOWER) menjelaskan bahwa
kematian akibat tembakau diseluruh dunia amat mengejutkan, terdapat 1 kematian
tiap 6 detik, 5,4 juta jiwa pada tahun 2005, 100 juta selama abad ke-20 jika
dibiarkan 8 juta jiwa pada tahun 2030 dan 1 milyar jiwa selama abad ke 21.
Untuk mengatasi epidemi tembakau, organisasi kesehatan dunia (WHO)
mengajak negara anggotanya untuk menerapkan strategi MPOWER. Strategi
MPOWER terdiri atas 6 upaya pengendalian bahaya tembakau yang meliputi: Monitor
prevalensi penggunaan tembakau dan pencegahannya, perlindungan terhadap asap
tembakau, optimalisasi dukungan untuk berhenti merokok, waspadakan masyarakat
akan bahaya tembakau, eliminasi iklan, promosi dan sponsor tembakau, serta raih
kenaikan cukai tembakau. Berbagai data dan fakta menjelaskan bahwa dampak dari
tembakau khususnya rokok sangat merugikan bagi kesehatan tubuh manusia, karena
dapat menimbulkan penyakit seperti kanker paru, jantung dan berbagai penyakit berbahaya
lainnya. Seperti perkiraan global, penyebab kematian di Indonesia yang terkait
konsumsi tembakau adalah penyakit jantung, stroke, kanker, penyakit pernapasan
khususnya chronic obstructive pulmonary (penyakit paru kronik obstruktif).
Abdilah Ahsan dalam bukunya “Ekonomi Tembakau di
Indonesia” menjelaskan bahwa ada hubungan antara kesehatan dan produktivitas
ekonomi, hal tersebut berdasarkan teori yang menyatakan bahwa kesehatan
merupakan bentuk modal sumberdaya manusia 6. Pertama, Individu yang sehat
secara fisik maupun kognitif, yang berdampak pada kemampuan bekerja dengan jam
kerja yang lebih panjang, lebih sedikitnya hari-hari absent dari
pekerjaan karena sakit, dan produktivitas yang lebih tinggi baik ditempat kerja
maupun sekolah. Kedua, individu yang sehat memiliki umur harapan hidup yang
lebih lama. Hal memberi insentif bagi investasi dibidang kesehatan, pendidikan
dan bentuk modal manusia lainnya. Ketiga, Usia hidup yang panjang mengarah pada
tingkat tabungan pensiun yang semakin membesar selama masa kerja. Keempat,
penduduk yang lebih sehat berdampak pada penurunan jumlah anak yang diinginkan
karena mortalitas rendah. Perubahan dari tingkat mortalitas dan fertilitas yang
tinggi ketingkat yang rendah mengakibatkan meningkatnya proporsi penduduk usia
kerja–sebagai factor penentu pertumbuhan ekonomi
I.2
Rumusan Masalah
1) Apa
yang dimaksud dengan rokok dan merokok ?
2) Apa
saja yang menjadi etiologi merokok?
3) Bagaimana
pathofisiologi merokok?
4) Apa
kode ICD untuk penyakit yang dapat
muncul dari merokok?
5) Bagaimana
latar belakang epidemiologi merokok di benua Asia ?
6) Bagaimana
rokok dianggap sebagai faktor resiko dari beberapa penyakit ?
I.3
Tujuan
1) Mengetahui
serta memahami apa yang dimaksud dengan rokok dan merokok
2) Mengetahui
serta memahami mengapa apa saja yang
menjadi etiologi merokok
3) Mengetahui
serta memahami bagaimana pathofisiologi merokok
4) Mengetahui
serta memahami apa kode ICD untuk penyakit
yang dapat muncul dari merokok
5) Mengetahui
serta memahami bagaimana latar belakang epidemiologi merokok di benua Asia
6) Mengetahui
serta memahami bagaimana rokok dianggap sebagai faktor resiko dari beberapa
penyakit
7) Mengetahui
serta memahami upaya apa yang dilakukan untuk mencegah tindakan merokok
terutama di benua Asia
Bab II
Pembahasan
II.1
Pengertian, Etiologi, Pathofisiologi dan Kode ICD Merokok
A.
Pengertian
Merokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar
pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual
dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke
dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga
umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya
tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Manusia di dunia yang
merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk
keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa
Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut
mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian
kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan
bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya
untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan
saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Telah banyak riset yang
membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping
menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung,penyakit
pernapasan, penyakit
pencernaan, efek
buruk bagi kelahiran, dan emfisema.
Rokok dibedakan
menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi
rokok, proses pembuatan rokok,
dan penggunaan filter
pada rokok.
Merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau dan
tar dan menghisap asap yang dihasilkannya.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
· Rokok Putih
adalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
· Rokok Kretek
adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
· Rokok
Klembak adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh,
dan kemenyan yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
· Sigaret Kretek
Tangan (SKT):
rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling
atau dilinting dengan
menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
· Sigaret Kretek
Mesin (SKM):
rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok
dimasukkan ke dalam mesin pembuat
rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok
berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan
keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin
pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus
rokok sehingga
keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam
bentuk pak.
Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok
dalam pres, satu pres berisi
10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena
terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM,
lingkar pangkal rokok dan
lingkar ujung rokok sama
besar.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2
bagian :
1.
Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM
FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas.
Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.
2.
Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM
LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok
jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star
Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
Dilihat dari komposisinya :
1. Bidis:
Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang.Tar
dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik.
Biasaditemukan di Asia Tenggara dan India.
2. Cigar:
Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau.
Adaberbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
3. Kretek:
Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit
saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.
4. Tembakau
langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di AsiaTenggara dan
India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis
yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap
denganhidung atau mulut.
5. Shisha
atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah-buahanyang
disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara,
TimurTengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur
seperti dikafe-kafe.
· Tar,
yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di
antaranya bersifat karsinogenik.
· Benzene,
juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan
tidak berwarna.
· Asetilena,
merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang
paling sederhana.
· Amonia,
dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan
unsur-unsur tertentu.
· Hidrogen sianida,
racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga
digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
Ada
dua tipe-tipe merokok yang di kenal, yaitu :
· Tipe
pasif adalah orang yang tidak merokok akan tetapi selalu berada dalam
lingkungan atau ruangan yang di cemari oleh asap rokok
· Tipe
aktif adalah orang yang telah melakukan kebisaan merokok sehingga dapat selalu
terancan oloh bahaya yang di timbulkan oleh asap rokok yang di hirupnya.
B.
Etiologi
Merokok
Hampir semua orang mengetahui bahwa merokok dapat
mengancam kesehatannya tapi masih banyak orang yang acuh tak acuh dan
mengabaikan ancaman kesehatannya. Perilaku merokok lebih banyak di lakukan oleh
lelaki dari pada perempuan.
Menurut Sarafino, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok ada tiga, yaitu faktor sosial, psikologi, dan genetik. Ketiga
faktor inilah yang bisa berdiri sendiri ataupun saling mempengaruhi faktor
lainnya, sehingga menyebabkan seseorang berprilaku merokok.
a.
Faktor Sosial
Manusia
adalah makhluk sosial. Makanya, ada saling ketergantungan atau tidak bisa hidup
sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain atau memiliki dorongan sosial. Dengan adanya
dorongan sosial tersebut, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan
interaksi. Dalam interaksi sosial, individu akan menyesuaikan diri dengan yang
lain ataupun sebaliknya, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari
lingkungan sosialnya.
Faktor
terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan. Terkait
itu, kita tentu telah mengetahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh
lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulan. Bersosialisasi
merupakan cara utama pada anak-anak dan remaja untuk mencari jati diri mereka.
Biasanya, mereka memperhatikan tindakan orang lain, dan kadangkala mencoba
untuk meniru perlakuannya. Hal ini sebagai suatu proses yang terjadi pada
remaja untuk mencari jati diri dan belajar menjalani hidup. Namun, sangat
disayangkan karena tidak hanya kebiasaan-kebiasaan yang baik saja yang ditiru,
melainkan juga kebiasaan-kebiasaan buruk, termasuk kebiasaan merokok.
Jika
seseorang yang bukan perokok ternyata hidup atau bekerja dengan seorang
perokok, maka ia akan terpengaruh secara otomatis. Boleh jadi, yang bukan
perokok mulai mencoba merokok, dan mungkin juga sebaliknya, yakni perokok
mengurangi konsumsi rokok. Disadari maupun tidak, hal itu dilakukan sebagai
upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Berbagai
fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, semakin besar juga
kemungkinan teman-temannya sebagai perokok. Demikian pula sebaliknya. Dari
fakta tersebut, ada kemungkinan bahwa remaja itu terpengaruh oleh
teman-temannya yang merokok, sehingga semuanya menjadi perokok. Di antara
remaja perokok terdapat 87% yang mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih
sahabat yang perokok. Begitu pula dengan remaja nonperokok.
Remaja
yang berasal dari keluarga konservatif, yang menekankan nilai-nilai sosial dan
agama sebaik-baiknya dengan tujuan jangka panjang lebih sulit terlibat dengan
rokok, tembakau, atau obat-obatan dibandingkan keluarga yang permisif dengan
penekankan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Dan, yang paling
kuat pengaruhnya, yakni bila orang tua menjadi figur teladan, misalnya sebagai
perokok berat, maka anak-anaknya sangat mungkin menirunya. Perilaku merokok
lebih banyak didapati pada orang-orang yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat
berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka yang menjadi perokok ketimbang sang
ayah. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
b.
Faktor Psikologi
Ada
beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi
relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau ketegangan. Pada
kebanyakan perokok, ikatan psikologis dengan rokok dikarenakan adanya kebutuhan
untuk mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif. Rokok dibutuhkan sebagai
alat keseimbangan.
Berhenti
merokok bukan sesederhana seperti mengganti rokok dengan yang lain, namun lebih
dari itu. Sungguh, berhenti merokok akan menyentuh aspek kejiwaan yang sangat
mendasar, yang mungkin selama ini telah memberikan ketenangan, mengurangi
ketegangan, mengatasi kegelisahan, mengalihkan pikiran, dan lain-lain.
· Ketagihan
-
Adanya rasa ingin merokok yang menggebu.
-
Merasa tidak bisa hidup selama setengah
hari tanpa rokok.
-
Merasa tidak tahan bila kehabisan rokok.
-
Sebagian kenikmatan merokok terjadi saat
menyalakan rokok.
-
Kesemutan di lengan dan kaki.
-
Berkeringat dan gemetar (adanya
penyesuaian tubuh terhadap hilangnya nikotin).
-
Gelisah, susah konsentrasi, sulit tidur,
lelah, dan pusing.
· Kebutuhan
Mental
- Merokok
merupakan hal yang paling nikmat dalam kehidupan.
- Ada
dorongan kebutuhan merokok yang kuat ketika tidak merokok.
- Merasa
lebih berkonsentrasi sewaktu bekerja dengan merokok.
- Merasa
lebih rileks dengan merokok.
- Keinganan
untuk merokok saat menghadapi masalah.
· Kebiasaan
- Merasa
kehilangan benda yang bisa dimainkan di tangan.
- Kadang-kadang
menyalakan rokok tanpa sadar.
- Kebiasaan
merokok sesudah makan.
- Menikmati
rokok sambil minum kopi.
c.
Faktor Genetik
Faktor genetik dapat menjadikan seseorang tergantung
pada rokok. Faktor genetik atau biologis ini dipengaruhi juga oleh
faktor-faktor yang lain, seperti faktor sosial dan psikologi. Selain itu, faktor
lain yang menyebabkan seseorang merokok adalah pengaruh iklan. Melihat iklan di
media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang
kejantanan atau glamour, membuat
remaja sering kali terpicu untuk meniru perilaku dalam iklan tersebut.
Sekali
terjerat rokok, maka akan susah melepaskannya. Sementara itu, bahan berbahaya
(sekitar 4000 bahan kimia berbentuk padat, seperti tar, nikotin, dan gas,
misalnya karbon monoksida/CO) terus tertimbun di dalam tubuh. Rokok adalah “bom
waktu”. Kini, mantapkan tekad untuk berhenti merokok, perkuat rasa percaya
diri, dan siap bersabar.
Tahapan Merokok
Menurut
Laventhal dan Clearly, ada empat tahap dalam perilaku merokok. Keempat tahap
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap
preparatory
Seseorang
mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,
melihat, ataupun hasil membaca, sehingga menimbulkan niat untuk merokok.
2. Tahap
Initation (Tahap Perintisan Merokok)
Tahap
perintisan merokok yaitu tahap keputusan seseorang untuk meneruskan atau
berhenti dari perilaku merokok.
3. Tahap
Becoming a Smoker
Pada
tahap ini, seseorang yang telah mengonsumsi rokok sebanyak empat batang per
hari cenderung menjadi perokok.
4. Tahap
Maintaning of Smoking
Pada
tahap ini, merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri
(self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.
C.
Pathofisiologi
Merokok
· Dampak
Buruk dari Asap Rokok
- Lebih sering mendapat pneumonia dan
berbagai penyakit paru yang akut lainnya
- Lebih sering mendapat serangan
asma,bahkan jauh kebih berat
- Lebih sering terkena gangguan/infeksi
pada telinga
-
Lebih sering terjadi oprasi amandel
· Penyakit
yang Berhubungan dengan Dampak Merokok
- Penyakit
yang menyerang hati dan organ sirkulasi, seperti :
a) Penyempitan pembuluh darah koroner (nyeri
dada yang sangat), penggumpalan hati dan kematian yang tiba-tiba
b) Pembekuan pembuluh darah pada otak
c) Gangguan sirkulasi darah pada anggota
tubuh yang mengakibatkan pembekuan serta ampitasi pada betis atau gargarina
- Penyakit yangmenyerang organ
pernapasan, seperti :
a)
Kanker paru-paru
b)
Kanker tenggorokan
c)
Radang tenggorokan yang akut
d)
Radang rongga hidung dan alergi pada hidung
e)
Asma dan berbagai macam bentuk alergi
· Efek
Racun dari Rokok
- Efek
racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko, seperti :
a)
Dapat menderita kanker mulut, kanker paru-paru dan tenggorokan
b)
Menderita kanker Esophagus
c)
Kanker kandung kemih
d)
Serangan jantung
- Efek racun terhadap istri perokok ,
seperti :
a) Melahirkan bayi yang kurang berat
badan
b) Melahirkan bayi yang tidak cukup
bulan
c) Mengakibatkan mengurangi ke suburan
dan mempercepat terhentinya haid
D.
Kode
ICD Merokok
International Statistical
Classification of Diseases and Related Health Problems revisi ke 10 atau disingkat dengan ICD-10 buku ini di Indonesiadikenal dengan nama Klasifikasi
Internasional Penyakit revisi ke 10 disingkat sebagai KIP/10 adalah buku mengenai
pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan yang abnormal,
keluhan, keadaan sosial dan eksternal menyebabkan cedera atau penyakit, seperti
yang diklasifikasikan olehWorld Health
Organization (WHO). Dalam pengkodean ini menetapkan lebih dari
155.000 memungkinkan berbagai kode dan memungkinkan yang banyak berasal dari
pelacakan diagnosis dan prosedur baru dengan perluasan yang signifikan pada
kode-kode yang telah tersedia 17.000 pengkodean pada ICD-9 dan ICD-10 mulai bekerja
dari tahun 1983 dan dapat diselesaikan
pada tahun 1992.
Merokok
dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, dan kode ICD untuk penyakit
pada sistem pernapasan terdapat di Bab X Blok J00-J99.
II.2
Latar Belakang Epidemiologi
A.
Besar
Kejadian Perokok di Kawasan Benua Asia
Selain
AIDS maka rokok boleh dikatakan sudah mencapai tingkat pandemitas. Merokok
sudah (a) menjalari seluruh penduduk dunia dengan (b) prevalensi yang cukup
tinggi, ditambah dengan, (c) kecenderungan peningkatan penggunaannya, terutama
di negara-negara berkembang.
Negara
yang paling menonjol dalam hal merokok adalah Cina dimana:
-
Prevalensi pemakai/perokok yang tinggi
dan merata ke seluruh negara.
-
Jenis rokok yang dipakai, kebanyakan
kretek
-
Tampak merupakan bagian budaya/kehidupan
masyarakat karena menjadi ‘hobbi’ semua orang, terutama lelaki (61% dari
penduduknya).
Tanda-tanda
pandemitas secara rinci dapat dituliskan sebagai berikut:
·
Diperkirakan sejumlah 1,1 miliar perokok
dunia berumur 15 tahun ke atas, sepertiga dari total penduduk dunia.
·
800 juta perokok berada di negara-negara
sedang berkembang, didominasi oleh kaum lelaki (700 juta), dan terutama di
Asia.
·
Peningkatan konsumsi rokok yang sudah
mencapai 7 juta ton, dengan penigkatan 1,4% per tahun. Rata-rata rokok yang
diisap per hari 24gr/hari di negara-negara maju dan 14gr/hari di negara-negara
sedang berkembang.
·
Menjelang tahun 2020 kematian yang
disebabkan oleh rokok akan meningkat sampai 10 juta, dimana 70% terjadi di
negara-negara berkembang.
Laporan WHO pada tahun
2008 menyebutkan bahwa hampir 2/3 perokok tinggal di 10 negara. Saat ini,
Indonesia adalah Negara terbesar ketiga pengguna rokok setelah Cina dan India.
Pada tahun 1995-2004, konsumsi rokok di kalangan remaja meningkat 144%. Selain
itu, lebih dari 70% anak Indonesia terpapar asap rokok dan menanggung risiko
berbagai penyakit akibat asap rokok.
Sebagian besar anak
Indonesia hingga kini masih terpapar asap rokok dan promosi industry rokok.
Fakta itu terungkap dari hasil riset kuantitatif tentang persepsi dan perilaku
merokok yang dilakukan, yakni “Koalisi untuk Indonesia Sehat (KUIS)” terhadap
3.040 responden perempuan berusia 13-25 tahun di DKI Jakarta dan Bukit Tinggi,
Sumatera Barat, pada Oktober-Desember 2007. Hasil riset tersebut menunjukkan
bahwa 51,67% responden usia 13015 tahun kadang mendapati orang lain merokok di
rumah saat mereka sedang berada di rumah. Sebanyak 26,13% anak yang menjadi
responden menyatakan sering kali menjumpai orang lain merokok di rumah saat
mereka berada di rumah. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, yakini biasanya
perokok kurang peduli terhadap dampak paparan asap rokokbagi kesehatan anak.
Dengan demikian,
pengamanan rokok bagi kesehatan perlu dilaksanakan dengan pemberian informasi
tentang kandungan kadar nikotin dan tar dalam setiap batang rokok, pencantuman
peringatan pada label, pengaturan produksi dan penjualan rokok, serta
periklanan dan promosi rokok. Selain itu, perlu ditetapkan pula kawasan tanpa
rokok ditempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, dan tempat yang secara
spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, serta
tempat ibadah dan angkutan umum.
B.
Variasi
Tingkat Perokok
Merokok
merupakan masalah global. Diperkirakan satu dari tiga orang dewasa merokok,
dengan jumlah perokok lebih dari 1 milyar orang di seluruh dunia.
Mayoritas
(sekitar 80%) perokok hidup di negara berpendapatan rendah. Jumlah perokok di
seluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun.
Berikut adalah
beberapa fakta tentang tembakau dan rokok:
1. Eropa Timur
memiliki jumlah perokok tinggi hingga 59% dari pria dewasa. Selain itu,
perempuan di Eropa Timur juga lebih banyak merokok dibanding wanita di Asia dan
Pasifik.
2. Kebanyakan
orang merokok sebelum berumur 25 tahun. Banyak perokok yang memulai kebiasaan
buruk ini saat mereka masih remaja.
3. Studi
menunjukkan bahwa populasi perokok secara signifikan lebih tinggi di antara
orang-orang dengan 9-11 tahun pendidikan (35,4%) dibandingkan dengan mereka
yang memiliki lebih dari 16 tahun pendidikan (11,6%).
4. Terlihat
ada korelasi antara standar hidup suatu negara, tingkat pendidikan, dan
pendapatan dengan jumlah perokok. Semakin rendah pendidikan dan pendapatan
jumlah perokok cenderung lebih banyak.
5. Orang-orang
yang hidup di bawah tingkat kemiskinan (33,3%) jauh lebih mungkin untuk
merokok.
6. 1 dari
setiap 5 lima kematian disebabkan oleh tembakau
7. Rokok
bertanggung jawab untuk sekitar 25% dari kematian akibat kebakaran perumahan,
menyebabkan hampir 1.000 kematian yang berkaitan dengan api dan 3.300 luka-luka
setiap tahun.
8. Tembakau
menjadi penyebab untuk banyak penyakit jantung dan paru-paru serius.
9. Nikotin dan
tembakau termasuk karsinogen yang paling kuat dan bertanggung jawab atas
sebagian besar kanker paru-paru, laring, trakea, esofagus dan bronkus.
10. Merokok
dikenal memicu kanker di kandung kemih, ginjal, pankreas, dan leher rahim
11. Karena
tembakau mengurangi aliran darah, kecanduan nikotin terbukti menyebabkan
impotensi.
12.Merokok
meningkatkan risiko penyakit pernafasan. Hal ini bisa mengakibatkan penyakit
paru obstruktif kronik dan pneumonia.
13. Anak-anak
dan remaja perokok aktif berpeluang memiliki penyakit pernafasan saat mereka
dewasa
14. Merokok
selama kehamilan meningkatkan risiko keguguran dan cacat pada janin. Merokok
juga menyebabkan sekitar 5-6% dari kematian prenatal, 17-26% berat lahir
rendah, dan 7-10% kelahiran prematur.
15. Umur usia merokok makin muda. Semua umur
bisa merokok, namun tidak ada bayi yang lahir dengan merokok. Ditemukan sekitar
30% perokok di AS adalah golongan usia di bawah 20 tahun. Di Indonesia, kepulan
asapa bukanlah hal yang langka di temukan di sekolah menengah. Dan ternyata,
makin awal seorang perokok makin sulit untuk berhenti merokok kelak. Rokokjuga
puny dose-response effect, artinya
makin muda usia rokok, akan makin besar pengaruhnya.
16. Semakin
banyak wanita merokok. Pada negara berkembang sekitar 48% perokok. Tampak kaum
lelaki perokok menurun tetapi tempatnya diambil alih oleh wanita. Masalah rokok
untuk wanita ini menjadi lebih serius jika dikaitkan dengan kehamilan dan
reproduktivitas. Pengaruh rokok terhadap kehamilan berupa abortus spontan,
kelahiran prematur, berat badan bayi rendah dan kematian perinatal.
C.
Perbandingan
Perokok di Kawasan Benua Asia dengan Negara Lain
Sejauh ini, tembakau berada pada
peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau
menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan
5,4 juta kematian pada tahun 2006. Ini berarti bahwa rata-rata ada 1 kematian
setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati 2 kali jumlah
kematian saat ini, jika kebiasaan konsumsi rokok sekarang terus berlanjut.
Diperkirakan bahwa 900 juta (84%)
perokok sedunia hidup di Negara-negara berkembang atau transisi ekonomi,
termasuk Indonesia. The Tobacco Atlas mencatat adanya lebih dari 10 juta batang
rokok diisap setiap menit, tiap hari, di seluruh dunia oleh 1 miliar laki-laki
dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50% total konsumsi rokok dunia dimiliki oleh
Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Indonesia. Bilan kondisi ini terus
berlanjut, jumlah total rokok yang diisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok
pada tahun 2025. Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa
Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai
146.860.000 jiwa.
Penggunaan tembakau memiliki
prevalensi yang tinggi di beberapa Negara. Pada tahun 2005, 22% orang dewasa telah
telah mengonsumsi tembakau. Perbandingannya ialah 36% dari pria merokok
terhadap 8% wanita. Lebih dari 1/3 pria dewasa dan wanita di Eropa Timur dan
Tengah telah mengonsumsi tembakau. Bahkan prevalensi orang dewasa merokokjuga
sangat tinggi di Asia Tenggara dan Eropa bagian Utara dan Barat. Tetapi 2/3
dari perokok di dunia justru hidup di 10 negara yaitu Bangladesh, Brazil, Cina,
Germany, India, Indonesia, Japan, the Russian Federation, Turkey, dan the
United States, yang memiliki perbandingan 58% dari populasi global.
D.
Studi
yang Digunakan untuk Meneliti Kejadian Merokok
Studi yang paling sering sigunakan untuk meneliti
masalah rokok adalah studi case control.
Dimana studi case control sendiri
merupakan rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara
paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Karakteristik dari
studi case control sendiri, yaitu :
1. Merupakan
penelitian observasional yang bersifat retrospektif
2. Penelitian
diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol
3. Kelompok
kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat
4. Terdapat
hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik
E.
Morbiditas
dan Mortalitas untuk Mencegah Tindakan Merokok
Kita
bisa melihat bahwa banyak sekali masalah kesehatan yang timbul dari rokok.
Tetapi tiga penyakit terbanyak akibat rokok adalah jantung koroner, penyempitan
saluran napas atau PPOK dan kanker paru. Tiga penyakit ini selalu menempati
urutan teratas sebagai penyakit yang dikaitkan dengan rokok dan menyebabkan
morbiditas dan mortalitas tinggi. Kanker terbanyak akibat rokok adalah kanker
paru. Data menunjukkan 9 dari 10 penderita kanker paru adalah perokok.
II.3 Merokok Dianggap
sebagai Faktor Resiko
Penyakit
dimana rokok dianggap sebagai faktor risiko penting:
1. Batuk
menahun
2. Penyakit
paru seperti penyakit paru obstruktif menahun (PPOM), bronchitis, dan empisema.
3. Ulkus
peptikum
4. Infertility
5. Gangguan
kehamilan, bisa juga berupa keguguran, kehamilan luar rahim.
6. Artherosklerosis
sampai penyakit jantung koroner.
7. Beberapa
jenis kanker seperti kanker mulut, kanker paru, kanker system pernapasan
lainnya. Juga kanker kandung kemih, pancreas, atau ginjal.
Yang baru ditemukan adalah rokok
mempertinggi kerentanan dan mempercepat seseorang mendapat AIDS, misalnya yang
seharusnya menderita AIDS dalam setahun, karena merokok, AIDS akan datang dalam
setengah tahun.
II.4 Upaya Pencegahan Merokok
dan Bagaimana Usaha di Benua Asia
Ada berbagai upaya yang dapat ditempuh
untuk mencegah banyaknya individu dari rokok. Upaya tersebut yaitu :
1. Membatasi
tayangan iklan rokok
2. Membatasi
untuk memberi dana pada kegiatan yang berkaitan dengan anak muda
3. Juga
menuntut kenaikan pajak rokok sampai dengan 60% (untuk memperkecil peluang
membeli rokok)
4. Meningkatkan
penelitian dalam bidang kesehatan
Kebiasaan merokok berhubungan dengan 25 penyakit di tubuh
manusia, salah satu diantaranya adalah asma (asthma bronchiale). Dalam
key note speach pada Workshop & Launching Pedoman Nasional Asma DAI 2011,
Minggu pagi kemarin (3 Juli 2011) di Jakarta, saya menyampaikan bahwa berdasar
data Riskesdas 2010 maka prevalensi
merokok pada usia > 15 tahun adalah 34,7%, terendah di Sulawesi
Tenggara 28,3% dan tertinggi di Kalimantan Tengah 43,2%. Kalau dipisahkan
berdasar jenis kelamin maka perokok pria >15 tahun adalah 65,9 % dan perokok
perempuan >15 tahun adalah 4,2 %.
Berbagai upaya telah dilaksanakan pemerintah untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat akibat rokok. Fokus kebijakan diarahkan pada
perlindungan masyarakat akibat konsumsi rokok dan asap rokok orang lain,
terutama pada anak-anak dan remaja, pada perempuan dan kemiskinan akibat
konsumsi rokok.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mengurangi prevalensi
merokok di Indonesia yang notabene merupakan negara yang berada di kawasan
benua Asia antara lain :
·
Melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) melalui
media masa, antara lain : melalui leaflet, poster, seminar, talkshow, workshop,
filler TV, dan lain-lain yang secara teratur melaksanakan kampanye Hari Tanpa
Tembakau Sedunia.
·
Melaksanakan jejaring kerja dengan berbagai
lembaga swadaya masyarakat dalam pengendalian tembakau.
·
Mengembangkan kawasan tanpa rokok di berbagai
daerah, untuk melindungi masyarat dari bahaya rokok, sampai saat ini telah ada
25 kabupaten/kota yang memiliki kebijakan daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok.
·
Melaksanakan berbagai capacity building tingkat
nasional dan lokal mengenai pengendalian tembakau, round table diskusi yang
menghasilkan deklarasi perlindungan anak dari bahaya rokok, seminar, talkshow, dan
lain-lain.
·
Menyusun dan memproses Peraturan Pemerintah
(RPP) tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk
tembakau bagi kesehatan, sesuai dengan pasal 113 dan 116 Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
·
Mengembangkan strategi nasional pengendalian
tembakau yang komprehensif.
·
Membuat baseline data prevalensi rokok serta
melakukan pemantauan prevalensi dan kecenderungan konsumsi tembakau di
masyarakat dengan berbagai survei, seperti RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar),
Susenas, survey lain seperti Global Youth Tobacco Survey, Global Adult Tobacco
Survey, dan lain-lain dan membuat sistim informasi untuk memonitor masalah
kesehatan akibat tembakau atau rokok ini.
Bab III
Penutup
III.1
Kesimpulan
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar
pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya.
Merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau dan
tar dan menghisap asap yang dihasilkannya.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi tindakan merokok, yaitu :
1.
Faktor
sosial
2.
Faktor
psikologis
3.
Faktor
genetik
Merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau dan tar dan
menghisap asap yang dihasilkannya.
Merokok
dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, dan kode ICD untuk penyakit
pada sistem pernapasan terdapat di Bab X Blok J00-J99.
Laporan WHO pada tahun
2008 menyebutkan bahwa hampir 2/3 perokok tinggal di 10 negara. Saat ini,
Indonesia adalah Negara terbesar ketiga pengguna rokok setelah Cina dan India.
Pada tahun 1995-2004, konsumsi rokok di kalangan remaja meningkat 144%. Selain
itu, lebih dari 70% anak Indonesia terpapar asap rokok dan menanggung risiko
berbagai penyakit akibat asap rokok.
Ada berbagai upaya yang dapat ditempuh
untuk mencegah banyaknya individu dari rokok. Upaya tersebut yaitu :
5. Membatasi
tayangan iklan rokok
6. Membatasi
untuk memberi dana pada kegiatan yang berkaitan dengan anak muda
7. Juga
menuntut kenaikan pajak rokok sampai dengan 60% (untuk memperkecil peluang
membeli rokok)
8. Meningkatkan
penelitian dalam bidang kesehatan
III.2
Saran
Dari masalah mengenai rokok terutama di
benua Asia, kami mendapati bahwa dari 10 negara yang memiliki jumlah perokok
tertinggi dan kami dapati bahwa ada 4 negara dari 10 negara tersebut yang
berada di kawasan benua Asia. Hal ini berarti bahwa jumlah perokok di benua
Asia cukup mengkhawatirkan. Ada baiknya jika peraturan mengenai umur pengguna
rokok lebih dipertegas. Pajak rokok di setiap negara juga sebaikknya
ditingkatkan sehingga harga rokok di pasaran lebih mahal. Hal ini mengakibatkan
kurangnya pembelian rokok sehingga pengguna rokok di benua Asia bisa ditekan
semaksimal mungkin.
Daftar Pustaka
Anonim.
2010. Rokok. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/ICD-10
. Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Anonim.
2012. Tips Berhenti Merokok : 16 Fakta
Merugikan Tembakau. (online) http://bumbata.com/6050/tips-berhenti-merokok-16-fakta-merugikan-tembakau/#axzz2Ap0wAFVk.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2012.
Aula,
Liza Ellizabeth. 2010. Stop Merokok !. Jakarta : Gara Ilmu.
Farmacia.
2012. Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei
2012Harapan Terakhir di RPP. (online) http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=2572.
Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Mesiodens. 2010. Kebiasaan Merokok sebagai
Penyebab Penyakit Periodontal. (online) http://cpanz-drg.blogspot.com/2010/10/kebiasaan-merokok-sebagai-penyebab.html.
Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Puskom. 2011. Penanggulangan Kebiasaan Merokok.(online) http://sehatnegeriku.com/penanggulangan-kebiasaan-merokok/.
Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
0 komentar:
Posting Komentar